KAB. BANDUNG, Blackkopinews.com —
Salah satu tokoh muda yang patut diapresiasi atas terobosannya adalah Ayi Andi, seorang petani yang kesehariannya menanam tembakau. Ia tinggal di Kampung Jigud Sari, RW 14, Desa Mekarsari, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung.
Tembakau merupakan salah satu komoditas yang kini jarang dibudidayakan. Banyak petani enggan menanamnya karena dianggap tidak menguntungkan, terutama akibat harga jual yang rendah. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Ayi Andi. Dengan penuh keyakinan, ia tetap menanam tembakau, meskipun harus melakukannya seorang diri.
“Kalau semua petani berhenti menanam karena takut rugi, siapa yang akan menjaga keberagaman tanaman kita? Saya percaya, dengan cara yang tepat, tembakau juga bisa jadi peluang,” ujar Ayi Andi saat ditemui di lahan miliknya yang menghampar di lereng perbukitan Cimaung.

Meski hasilnya belum seberapa, Ayi tetap konsisten. Ia merawat tanaman tembakau itu dengan penuh kesabaran — mulai dari menyiangi gulma, menyiram, hingga proses penjemuran daun yang butuh perhatian khusus. Di saat banyak anak muda lebih memilih pekerjaan instan di kota, Ayi justru mantap bertahan di desa dan mengolah tanah warisan orang tuanya.
Langkah Ayi Andi menunjukkan tekad dan keberanian untuk berbeda, sekaligus membuka mata banyak pihak bahwa komoditas seperti tembakau masih memiliki potensi — asalkan dikelola dengan tepat dan penuh komitmen. Di tengah tantangan dan minimnya dukungan, ia terus membuktikan bahwa menjadi petani muda bukan hal yang ketinggalan zaman, melainkan bagian dari gerakan membangun desa dari akar rumput.
Lebih dari sekadar bertani, Ayi ingin memberi contoh bahwa generasi muda bisa ikut ambil bagian dalam menjaga ketahanan pangan dan memperjuangkan hidup dari tanah sendiri.
“Selama tanah masih bisa ditanami dan tangan kita mau bergerak, saya yakin rejeki akan datang dari bumi yang kita rawat,” tambahnya.
Liputan khusus : Giat Patani/Apep sae,
Editor : Rocky